Lagak Tasawuf di Mata Fiqih

Berikut ini sekutip nukilan dari kitab “Manaahij ‘l Imdaad li ‘l Syaykh Ihsaan Muhammad Dahlaan ‘l Jampesy ‘l Kadiiry ‘alaa Syarh Irsyaad ‘l ‘Ibaad li ‘l ‘Allaamah ‘l Faadlil ‘l Ustaadz ‘l Syaykh Zayn ‘l Diin ‘Abd ‘l ‘Aziiz ibn Zayn ‘l Diin ‘l Maliibaary”. Lepas dari konteks apa pun, saya yakin ini berfaedah bagi semua orang:

Łˆ Ł„Łˆ Ł‚Ų§Ł„ ŁŠŁ„Ł‡Ł…Ł†ŁŠ Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ł…Ų§ Ų§Ų­ŲŖŲ§Ų¬ Ų„Ł„ŁŠŁ‡ Ł…Ł† Ų£Ł…Ų± Ų§Ł„ŲÆ ŁŠŁ† ŁŁ„Ų§ Ų§Ų­ŲŖŲ§Ų¬ Ų„Ł„Ł‰ Ų§Ł„Ų¹Ł„Ł… Łˆ Ų§Ł„Ų¹Ł„Ł…Ų§Ų” ŁŁ…ŲØŲŖŲÆŲ¹ ŁƒŲ°Ų§ŲØ ŁŠŁ„Ų¹ŲØ ŲØŁ‡ Ų§Ł„Ų“ŁŠŲ·Ų§Ł† Łˆ Ł…Ł† Ų£ŲøŁ‡Ų± Ų§Ł„ŁˆŲ¬ŲÆ Łˆ Ų§Ł„Ų³ŁƒŲ± Łˆ Ł„Ų§ ŁŠŲ³ŲŖŁ‚ŁŠŁ… ŲøŲ§Ł‡Ų±Ł‡ Łˆ Ł„Ų§ ŁŠŲŖŁ‚ŁŠŲÆ Ų¬ŁˆŲ§Ų±Ų­Ł‡ ŲØŲ§Ł„ŁˆŲ±Ų¹ ŁŁ…ŲŗŲ±ŁˆŲ± ŲØŲ¹ŁŠŲÆ Ł…Ł† Ų§Ł„Ł„Ł‡ ŲŖŲ¹Ų§Ł„Ł‰ Łˆ Ł…Ł† ŲŖŲ®Ł„Ł‰ Łˆ Ų§Ų¹ŲŖŲ²Ł„ Łˆ ŲŖŲ±Łƒ Ų§Ł„Ų¬Ł…Ų§Ų¹Ų§ŲŖ Łˆ Ų§Ł„Ų¬Ų§Ł…Ų¹Ų§ŲŖ ŲØŁ„Ų§ Ų¹Ų°Ų± Ų“Ų±Ų¹ŁŠ ŁŁ…ŲØŲŖŲÆŲ¹ Ł„Ų§ ŁŠŁ‚ŲØŁ„ Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų§Ł„Ų²Ł‡ŲÆ ŁƒŲ°Ų§Ł„Łƒ Ł„Łˆ Ų§ŲÆŲ¹Ł‰ Ų§Ł„ŁƒŲ±Ų§Ł…Ų§ŲŖ Ł„Ł†ŁŲ³Ł‡ ŲØŁ„Ų§ ŲŗŲ±Ų¶ ŲÆ ŁŠŁ†ŁŠ ŁŁƒŲ§Ų°ŲØ ŁŠŁ„Ų¹ŲØ ŲØŁ‡ Ų§Ł„Ų“ŁŠŲ·Ų§Ł† Łˆ Ł„Łˆ Ł‚Ų§Ł„ ŁŁŠ ŲŗŁŠŲ± Ų§Ł„ŲŗŁ„ŲØŲ§ŲŖ Ų£ŁŠ ŲŗŁ„ŲØŲ§ŲŖ Ų§Ł„Ų“ŁˆŁ‚ Ł…Ų§ ŲØŁ‚ŁŠ Ł„Ų³ŁˆŁ‰ Ų§Ł„Ų­Ł‚ ŁŁŠ Ł…ŁˆŲ¶Ų¹ ŁŁ‡Łˆ ŲØŲ¹ŁŠŲÆ Ł…Ł† Ų§Ł„Ł„Ł‡ ŲŖŲ¹Ų§Ł„Ł‰ Ł…ŲØŲŖŲÆŲ¹

Apabila seseorang berkata, “Allah telah mengilhamkan kepadaku apa (segala) yang kubutuhkan tentang urusan agama sehingga aku tidak butuh ilmu dan ulama,” maka (orang itu) pembuat bid’ah, pembohong, setan mempermainkannya.

Barangsiapa mempertontonkan (tingkah) kepayang dan mabuk sedangkan (laku) lahirnya tidak istiqamah dan ia tidak mengikat anggota badannya dengan wara’ maka ia orang yang tertipu (oleh setan dan hawa nafsunya sendiri) yang jauh dari Allah Ta’ala.

Barangsiapa menyepi dan memencilkan diri dan meninggalkan (ibadah-ibadah) jama’ah dan perkumpulan-perkumpulan tanpa alasan (yang dibenarkan oleh) syari’at maka (ia adalah) pembuat bid’ah yang tidak sedang mempersembahkan zuhud ke hadlirat Allah.

Demikian pula apabila seseorang mengaku dirinya memiliki kekeramatan-kekeramatan tanpa kepentingan (yang dibenarkan oleh) agama maka ia berbohong, setan mempermainkannya.

Apabila seseorang berkata–diluar keadaan lupa diri, yakni lupa diri (karena) rindu (kepada Allah), “Tak ada yang tersisa bagi selain Al Haqq di suatu tempat,” maka ia (adalah orang yang) jauh dari Allah Ta’ala dan pembuat bid’ah.

Demikian keterangan dari Mbah Kyai Ihsan Jampes, Kediri, yang saya nukil dari kitab tersebut. Mohon pemeriksaan dan koreksi yang perlu atas ketepatan terjemahan saya. Allaahu yubaarik lanaa bi ‘uluumihi wa barakaatihi wa asraarihi fid diini wad dunyaa wal aakhirah.

Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang dan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sekaligus Presiden Republik Terong Gosong. Pernah menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Presiden dan Juru Bicara Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).