Pencari Ilmu Sejati: Epilog

(Sambungan dari Pencari Ilmu Sejati).

Bindara Zainur terpaku seketika. Ia terpesona. Suara itu terdengar begitu Indah di telinganya.

Matahari merambat turun ke balik gunung. Kegelapan mengendap-endap dari arah lembah. Malam menjelang. Bindara tak juga bergerak. Bagai patung ia terus tercenung. Hanya napasnya yang berat makin lama makin kencang. Berkejaran dengan degup jantung.

Dan, ketika seluruh pulau sempurna kelamnya, tiba-tiba Bindara melolong panjang. Lalu tertawa tergelak-gelak. Tawa yang luar biasa keras memenuhi angkasa. Bahkan rembulan tak jadi muncul karena kaget.

“Aku mengerti sekarang!” Bindara berteriak tak karuan, “Aku mengerti sekarang!”

Ya. Pengetahuan telah dengan deras menggerojogi akal dan batinnya. Begitulah. Maka ia mengerti. Jika kau kosong dan pengetahuan setelaga memaksa memasukimu dari pintu akalmu yang sempit, maka engkau pun bersuara. Berbunyi. Bukan bicara. Hanya berbunyi. Apakah bunyimu membuat orang lain mengerti? Engkau tak perduli. Apakah bunyimu berguna? Engkau tak mau tahu. Engkau berbunyi bukan demI tujuan tertentu. Bunyimu adalah bunyi kosong yang dipaksa keluar oleh isi!

“Aku mengertiiii!”

Kegembiraan Bindara membuncah seolah meledak dalam dirinya. Ia melompat tinggi sekali melampaui pohon pinang. Mendarat diatas bacan raksasa. Ia banting guci keatas batu itu,

“Thuoorrrr!!!!”

Guci pecah berantakan. Airnya bercipratan kemana-mana. Dan Bindara Zainur terus-menerus tertawa tak henti-hentinya…

Beberapa waktu kemudian, dunia persilatan digegerkan oleh munculnya seorang pendekar gila dari Pulau Sorga. Sinting, memang, tapi sakti tanpa tanding. Ia menyebut dirinya: SANG HYANG BLEKUTHUK THUORRR.

Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang dan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sekaligus Presiden Republik Terong Gosong. Pernah menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Presiden dan Juru Bicara Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).